Selamat Datang Di Blog Kiasan Manusia
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Kiasan Manusia,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

Meluruskan Salah Faham Terhadap Do'a Nabi Muhammad SAW Tentang ‘Kemiskinan’


Meluruskan Salah Faham Terhadap Do'a Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wa Sallam Tentang ‘Kemiskinan’

Doa-doa Nabi Muhammad Shallallâhu '‘Alaihi wa Sallam adalah serangkain doa yang sangat baik diamalkan oleh umatnya. Utamanya adalah doa-doa yang selaras dengan kepentingan umatnya dalam ruang dan waktu yang berbeda.

Di antara sekian banyak do'a-do'a yang Nabi Muhammad Shallallâhu '‘Alaihi wa Sallam ajarkan kepada umatnya adalah do'a di bawah ini:



اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ.



“Ya Allah! Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin.” (HR Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudriy, Sunan ibn Mâjah, juz V, hal. 240, hadits no. 4126)

Hadits ini, di samping dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah, juga dikeluarkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Anas bin Malik, dalam kitab Sunan at-Tirmidzi, juz IV, hal. 577, hadits no. 2352; Al-Baihaqi dari ‘Ubadah bin Shamit, dalam kitab As-Sunan al-Kubrâ, juz VII, hal. 12, hadits no. 13529 dan Al-Hakim dari Abu Sa’id al-Khudriy, dalam kitab Al-Mustadrak, juz IV, hal. 322, hadits no. 7911. Muhammad Nashiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadits ini derajatnya: “shahîh”. (Lihat pembahasannya di kitab beliau: Irwâ al-Ghalîl, juz III, hal. 358, hadits no. 861 dan As-Silsilah ash-Shahihah, juz I, hal. 307, hadits no. 308)

Setelah kita mengetahui bahwa hadits ini sah datangnya dari Nabi Muhammad Shallallâhu '‘Alaihi wa sallam, maka sekarang perlu kita mengetahui apa maksud sebutan miskin dalam lafazh do'a Nabi Shallallâhu '‘Alaihi wa Sallam di atas. Yang sangat saya sesalkan di antara saudara-saudara kita (tanpa memeriksa lagi keterangan ulama kita tentang syarah hadits ini, khususnya tentang Gharîb al-Hadîts) telah memahami bahwa miskin di sini dalam arti yang biasa kita kenal yaitu: “Orang-orang yang tidak berkecukupan di dalam hidupnya atau orang-orang yang kekurangan harta.” Dengan arti yang demikian maka timbulah kesalah pahaman di kalangan umat terhadap do'a Nabi Shallallâhu '‘Alaihi wa sallam di atas, akibatnya:

  1. Do'a ini tidak ada seorang muslimin pun yang berani mengamalkannya, atau paling tidak sangat jarang sekali, lantaran menurut tabi'atnya manusia itu tidak mau dengan sengaja menjadi miskin.
  2. Akan timbul pertanyaan: “Mengapa Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh umatnya menjadi miskin? Bukankah di dalam Islam ada hukum zakat yang justru salah satu faedahnya ialah untuk memerangi kemiskinan? Dapatkah hukum zakat itu terlaksana kalau kita semua menjadi miskin? Dapatkah kita berjuang dengan harta-harta kita sebagaimana yang Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ perintahkan kalau kita hidup dalam kemiskinan?” Kita berlindung kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ dari berburuk sangka kepada Nabi-Nya Shallallâhu '‘Alaihi wa Sallam.
  3. Ada jalan bagi musuh-musuh Islam untuk mengatakan: “Bahwa Islam adalah musuh kekayaan!”Padahal yang betul, maksud miskin di dalam do'a Nabi Shallallâhu '‘Alaihi wa Sallam ini ialah: “Orang yang khusyû’ dan mutawâdhi’ (orang yang tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ)”. 
Sebagaimana hal ini telah diterangkan oleh ulama kita:
  • Imam Ibnul Atsir di kitabnya An-Nihâyah fî Gharîbil Hadîts (II/385) mengatakan: “Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin ... Yang dikehendaki dengannya (dengan miskin tersebut) ialah: تَوَاضُعًا (tawâdhu') dan خُشُوعًا (khusyû’), dan supaya tidak menjadi orang-orang yang sombong dan takabur”.
  • Di kitab kamus Lisânul ‘Arab (II/176) oleh Ibnu Mandzur diterangkan, asal arti miskin di dalam lughah/bahasa ialah = al-khâdhi' (orang yang tunduk), dan asal arti faqîr ialah: Orang yang butuh. Lantaran itu Nabi Shallallâhu '‘Alaihi wa sallam berdo'a: Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin ... Yang dikehendaki ialah: tawâdhu’ dan khusyû'. dan supaya tidak menjadi orang-orang yang sombong dan takabur. Artinya : Aku merendahkan diriku kepada Mu wahai Rabb dalam keadaan berhina diri, tidak dengan sombong. Dan bukanlah yang dikehendaki dengan miskin di sini adalah faqîr yang butuh (harta).
  • Imam al-Baihaqi mengatakan: “Menurutku bahwa Nabi Shallallâhu '‘Alaihi wa Sallam tidaklah meminta keadaan miskin yang maknanya kekurangan tetapi beliau meminta miskin yang maknanya tunduk dan merendahkan diri (khusyû’ dan tawâdhu’). [Lihat kitab : Sunatul Kubra al-Baihaqi, juz VII, hal. 12-13 dan Taklhîs al-Habîr, juz III, hal. 109 No. 1415 oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani]
  • Demikian juga maknanya telah diterangkan oleh Imam al-Ghazali di kitabnya yang masyhur, Al-Ihyâ' (IV/193). [Baca juga Syarh Ihyâ' (IX/272) oleh Imam az-Zubaidi]
  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :”Hidupkanlah aku” dalam keadaan khusyû dan tawâdhu’. [Majmû' Fatâwâ Ibn Taimiyyah juz XVIII, hal. 382 bagian kitab hadits]. Beliau juga mengatakan (hal. 326) : “.... bukanlah yang dikehendaki dengan miskin (di hadits ini) tidak memunyai harta ...”
  • Imam Qutaibi juga mengatakan khusyû’ dan tawâdhu’ [Ta'lîq Sunan Ibn Mâjah (no. 4126) oleh Ustadz Muhammad Fuad Abdul Baqi]. Kemudian periksalah kitab-kitab di bawah ini:
  • Tuhfah al-Ahwadzi bi al-Syarh Jâmi’ al-Tirmidzi (VII/19-20 No. 2457) oleh Imam Al-Mubarakfuri.
  • Faidhul Qadîr Syarh al-Jâmi' ash-Shaghîr (II/102) oleh Imam al-Munawi.
  • Al-Majmû' Syarh al-Muhadzdzab (VI/141-142) oleh Imam an-Nawawi.
  • Shahîh al-Jâmi'ush Shaghir (no. 1271) oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
  • Maqâshidul Hasanah (no. 166) oleh Imam As-Sakhawi.
Setelah kita mengetahui keterangan ulama-ulama kita tentang maksud miskin dalam do'a Nabi Shallallâhu '‘Alaihi wa Sallam di atas baik secara lughah/bahasa meupun maknanya, maka hadits tersebut artinya menjadi: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyû’ dan tawâdhu’, dan matikanlah aku dalam keadaan khusyû’ dan tawâdhu’, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyû’ dan tawâdhu’.
Wallâhu A’lamu Bish-Shawâb. (Muhsin Hariyanto)
Enter your email address to get update from Kiasan Manusia.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2016. ilmu itu luas - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger