PANASSS!!! PANAAAASS!!!
Suara teriakan itu muncul dari ruangan sebelah di UGD RS Sarjito Jogja. Ruang-ruang yang hanya disekat gorden untuk penanganan pasien darurat. Waktu itu saya sedang menengok salah satu karyawan saya, teriakan itu persis di depan kamarnya..
Gorden di kamar depan tersingkap.. Seorang perawat masuk kedalam, gorden tidak tertutup sempurna.
Ada lelaki dengan mata terpejam, menggerakan kepalanya ke kanan kiri. Tanpa baju hanya ditutup selimut dari perut kebawah. Badannya menghitam, penuh tato di dada dan lengannya. Tato yang tidak ada unsur seninya, seperti tato sembarangan yang dibuat asal gambar buat nakutin orang. Wajahnya memerah hingga lehernya, seperti orang yang biasa nenggak alkohol. Kabel-kabel dipasang di tangan dan dadanya. Memonitor jantung, menyuntikkan infus..
Matanya masih terpejam..
Bibirnya bergetar..
Tiba-tiba dia berteriak lagi mengagetkan seisi ruangan..
"DOKTERRR!!! PANASSSS!!! PANAAAASSSS!!..."
hanya kata-kata itu terus yang diucapkan berulang-ulang...
Memang kita tidak boleh menilai orang dari luarnya saja, namun siapapun yang melihat kondisinya saat itu pasti berfikir dia bukan "orang baik-baik", lebih mirip dengan perawakan para begundal yang muncul di acara-acara TV patroli, para penjahat yang ditangkapi pak polisi..
Tidak harus jadi begundal yang punya tampang serem, item, dan tatoan, yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.. Jangan-jangan kita pun pernah jadi begundal yang berpenampilan baik-baik. Nyari uang sudah tidak peduli halal dan haram, nilep itu biasa, nipu teman juga merasa tak berdosa, memalsukan tandatangan, sogok sini sana, korupsi diam-diam mengambil uang usaha tempat kerja, aaaah semua biasa saja, yang penting dapat tambahan uang untuk mengisi pulsa, atau membeli sesuatu biar kelihatan lebih gaya..
Dan kita lupa, di atas kepala kita ada 'CCTV' nya Allah yang online 24 jam terus memantau gerak gerik kita, ada dua malaikat yang mencatat semua yang kita lakukan, mengisi buku-buku kebaikan dan keburukan yang kelak PASTI kita pertanggungjawabkan di hari pengadilan..
Saudara saya Mas Narno ini memang unik, ketika saya main ke rumahnya di sebuah dusun di Jogja, ada dua kuburan di halaman rumahnya.
"Kuburan sopo iki mas?" Tanya saya
"Kuburanku dan ibuku.." Jawabnya
Saya langsung mendelik!! Whoootttt!
Saya dekati kuburan itu, di nisan nya tertulis nama: Nyai Cokro Jirah dan Sunarno.
Gendeng! Hehe.. Mantan pegawai di Rektorat UGM ini memang sejak dulu nyleneh..
"Dengan adanya kuburan buatan ini, tiap aku pulang ke rumah jadi selalu ingat mati.. Sehebat apapun yang aku miliki, sebanyak apapun yang aku kejar, semua akan kelak akan berakhir seperti ini.." Katanya sambil duduk di bagian pinggir kuburan itu.
Rumahnya sebelah persis di samping masjid, keluar dari halaman rumahnya langsung halaman masjid, tiap adzan berkumandang langsung merapat badan..
Yuk kita ambil kaca lagi, bagaimana dengan manusia di dalam kaca itu, apakah masih sibuk dengan dunia menghalalkan segala cara, haram tetap disikat, riba tetap diembat,
atau manusia itu telah sibuk mengejar akhiratnya?
Banyak orang yang habis-habisan berjuang untuk bisa HIDUP ENAK, namun banyak juga yang lupa berjuang untuk bisa MATI ENAK...
Salam,
@Saptuari